PENGERTIAN MANUSIA
Manusia atau orang
dapat diartikan berbeda-beda dari segi biologis, rohani, dan istilah
kebudayaan, atau secara campuran.
1.
Secara biologis, manusia
diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin yang berarti "manusia
yang tahu"), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi
otak berkemampuan tinggi.
2.
Secara kerohanian, mereka dijelaskan
menggunakan konsep jiwa yang bervariasi yang, dalam agama, dimengerti dalam
hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka
juga seringkali dibandingkan dengan ras lain.
3.
Secara antropologi kebudayaan, mereka
dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat
majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya
untuk membentuk kelompok, dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta
pertolongan.
Penggolongan manusia
yang paling utama adalah berdasarkan jenis kelaminnya. Secara alamiah, jenis
kelamin seorang anak yang baru lahir entah laki-laki atau perempuan. Anak muda
laki-laki dikenal sebagai putra dan laki-laki dewasa sebagai pria. Anak muda
perempuan dikenal sebagai putri dan perempuan dewasa sebagai wanita.
HAKEKAT MANUSIA
a.
Mahluk ciptaan tuhan yang terdiri dari
tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan
Tubuh manusia dapat
dilihat , diraba , dan dirasa , wujudnya kongkrit tetapi tidak abadi . Jika
manusa meninggal maka jasadnya akan lenyap sedangkan jiwa manusia tidak
terlihat , tidak bisa dirasa , atau pun diraba wujudnya abstrak namun kekal ,
karena setelah manusia mati maka jiwanya akan kembali kepada asalnya yaitu
tuhan.
b.
Mahluk ciptaan tuhan yang paling
sempurna dibanding mahluk lainya
Kesempurnaan manusia
terletak pada akal dan budinya , manusia tidak hanya bergerak karena hawa
nafsunya . karena akal dan nafsunya itulah manusia berbeda dengan hewan yang
hanya bergerak dan berkativitas karena nafsunya saja . Selain itu karena akal
dan budinya itu manusia bisa menciptakan teknologi dan kebudayaan yang
membuatnya menjadi mahluk yang paling superior di bumi.
KEBUDAYAAN BANGSA TIMUR
Kepribadian bangsa
timur dapat diartikan suatu sikap yang dimiliki oleh suatu negara yang
menentukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan. Kepribadian bangsa timur
pada umumnya merupakan kepribadian yang mempunyai sifat toleransi yang tinggi.
Kepribadian bangsa timur, kita tinggal di Indonesia termasuk ke dalam bangsa
timur, dikenal sebagai bangsa yang berkepribadian baik. Di dunia bangsa timur
dikenal sebagai bangsa yang ramah dan bersahabat.
Bangsa timur identik
dengan benua asia yang penduduknya sebagian besar berambut hitam, berkulit sawo
matang dan adapula yang berkulit putih, bermata sipit. Sebagian besar cara
berpakaian orang timur lebih sopan dan tertutup mungkin karena orang timur
kebanyakan memeluk agama islam dan menjunjung tinggi norma-norma yang berlaku.
Namun di zaman yang sekarang ini orang timur kebanyakan meniru kebiasaan orang
barat. Kebiasaan orang barat yang tidak sesuai atau bertentangan dengan
kebiasaan orang timur dapat memengaruhi kejiwaan orang timur itu sendiri.
Pada umumnya
kepribadian bangsa timur adalah sangat terbuka dan toleran terhadap bangsa
lain, tetapi selama masih sesuai dengan norma, etika serta adat istiadat yang
ada. Namun walaupun kita sudah tahu banyak tentang kepribadian bangsa Timur
kita tidak bisa selalu beranggapan bahwa kebudayaan bangsa Timur lebih baik
dari bangsa Barat. Karena semua hal pasti ada sisi positif dan negatifnya.
Tidak ada di dunia ini yang sepenuhnya baik.
Secara garis besar
kebudayaan asing yang mudah diterima adalah unsur kebudayaan kebendaan seperti
peralatan yang terutama sangat mudah dipakai dan dirasakan sangat bermanfaat
bagi masyarakat yang menerimanya. Contohnya : Handphone, komputer, dll.
Unsur-unsur Kebudayaan
Asing yang Sulit Diterima
Unsur-unsur kebudayaan
asing yang sulit diterima antara lain :
- Unsur-unsur yang menyangkut sistem kepercayaan seperti ideologi, falsafah hidup dan lain-lain.
- Unsur-unsur yang dipelajari pada taraf pertama proses sosialisasi. Contoh yang paling mudah adalah soal makanan pokok suatu masyarakat.
- Pada umumnya generasi muda dianggap sebagai individu-individu yang cepat menerima unsur-unsur kebudayaan asing yang masuk melalui proses akulturasi. Sebaliknya generasi tua, dianggap sebagai orang-orang kolot yang sukar menerima unsur baru.
- Suatu masyarakat yang terkena proses akulturasi, selalu ada kelompok-kelompok individu yang sukar sekali atau bahkan tak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi.
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Diterima atau Tidaknya Suatu Unsur Kebudayaan Baru
Faktor-faktornya antara
lain :
Apabila unsur yang baru itu memiliki skala kegiatan yang terbatas.
- Terbatasnya masyarakat memiliki hubungan atau kontak dengan kebudayaan dan dengan orang-orang yang berasal dari luar masyarakat tersebut.
- Jika pandangan hidup dan nilai yang dominan dalam suatu kebudayaan ditentukan oleh nilai-nilai agama.
- Corak struktur sosial suatu masyarakat turut menentukan proses penerimaan kebudayaan baru. Misalnya sistem otoriter akan sukar menerima unsur kebudayaan baru.
- Suatu unsur kebudayaan diterima jika sebelumnya sudah ada unsur-unsur kebudayaan yang menjadi landasan bagi diterimanya unsur kebudayaan yang baru tersebut.
Apabila unsur yang baru itu memiliki skala kegiatan yang terbatas.
Menurut konsep Jen,
menyatakan bahwa :
1.
Kebudayaan Timur yakni lebih
mementingkan kehidupan rohani, mistik, gotong royong, keramah tamahan dll.
2.
Kebudayaan Barat yakni lebih
mementingkan kebendaan, pikiran logis, asa guna dan indiividualisme.
PENGERTIAN BUDAYA
Budaya adalah suatu
cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang,
dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur
yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas,
pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan
bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung
menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha
berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya, dan menyesuaikan
perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Kebudayaan sangat erat
hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski
mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan
oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat
itu adalah Cultural-Determinism.
Herskovits memandang
kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi
yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
Menurut Andreas Eppink,
kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu
pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan
lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual, dan artistik yang
menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut Edward Burnett
Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya
terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Menurut Selo
Soemardjan, dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa,
dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan, dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan, dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku, dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN
Mempelajari unsur-unsur
yang terdapat dalam sebuah kebudayaan sangat penting untuk memahami kebudayaan
manusia. Kluckhon dalam bukunya yang berjudul Universal Categories of Culture
membagi kebudayaan yang ditemukan pada semua bangsa di dunia dari sistem
kebudayaan yang sederhana seperti masyarakat pedesaan hingga sistem kebudayaan
yang kompleks seperti masyarakat perkotaan. Kluckhon membagi sistem kebudayaan
menjadi tujuh unsur kebudayaan universal atau disebut dengan kultural
universal. Menurut Koentjaraningrat, istilah universal menunjukkan bahwa
unsur-unsur kebudayaan bersifat universal dan dapat ditemukan di dalam
kebudayaan semua bangsa yang tersebar di berbagai penjuru dunia. Ketujuh unsur
kebudayaan tersebut adalah :
1. Sistem Bahasa
Bahasa merupakan sarana
bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya untuk berinteraksi atau
berhubungan dengan sesamanya. Dalam ilmu antropologi, studi mengenai bahasa
disebut dengan istilah antropologi linguistik. Menurut Keesing, kemampuan
manusia dalam membangun tradisi budaya, menciptakan pemahaman tentang fenomena
sosial yang diungkapkan secara simbolik, dan mewariskannya kepada generasi
penerusnya sangat bergantung pada bahasa. Dengan demikian, bahasa menduduki
porsi yang penting dalam analisa kebudayaan manusia.
Menurut
Koentjaraningrat, unsur bahasa atau sistem perlambangan manusia secara lisan
maupun tertulis untuk berkomunikasi adalah deskripsi tentang ciri-ciri
terpenting dari bahasa yang diucapkan oleh suku bangsa yang bersangkutan
beserta variasivariasi dari bahasa itu. Ciri-ciri menonjol dari bahasa suku
bangsa tersebut dapat diuraikan dengan cara membandingkannya dalam klasifikasi
bahasa-bahasa sedunia pada rumpun, subrumpun, keluarga dan subkeluarga. Menurut
Koentjaraningrat menentukan batas daerah penyebaran suatu bahasa tidak mudah
karena daerah perbatasan tempat tinggal individu merupakan tempat yang sangat
intensif dalam berinteraksi sehingga proses saling memengaruhi perkembangan
bahasa sering terjadi.
2. Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan
dalam kultural universal berkaitan dengan sistem peralatan hidup dan teknologi
karena sistem pengetahuan bersifat abstrak dan berwujud di dalam ide manusia.
Sistem pengetahuan sangat luas batasannya karena mencakup pengetahuan manusia
tentang berbagai unsur yang digunakan dalam kehidupannya
Masyarakat pedesaan
yang hidup dari bertani akan memiliki sistem kalender pertanian tradisional
yang disebut system pranatamangsa yang sejak dahulu telah digunakan oleh nenek
moyang untuk menjalankan aktivitas pertaniannya. Menurut Marsono, pranatamangsa
dalam masyarakat Jawa sudah digunakan sejak lebih dari 2000 tahun yang lalu.
Sistem pranatamangsa digunakan untuk menentukan kaitan antara tingkat curah
hujan dengan kemarau. Melalui sistem ini para petani akan mengetahui kapan saat
mulai mengolah tanah, saat menanam, dan saat memanen hasil pertaniannya karena
semua aktivitas pertaniannya didasarkan pada siklus peristiwa alam. Sedangkan
Masyarakat daerah pesisir pantai yang bekerja sebagai nelayan menggantungkan
hidupnya dari laut sehingga mereka harus mengetahui kondisi laut untuk
menentukan saat yang baik untuk menangkap ikan di laut. Pengetahuan tentang
kondisi laut tersebut diperoleh melalui tanda-tanda atau letak gugusan bintang
di langit
Banyak suku bangsa yang
tidak dapat bertahan hidup apabila mereka tidak mengetahui dengan teliti pada
musim-musim apa berbagai jenis ikan pindah ke hulu sungai. Selain itu, manusia
tidak dapat membuat alat-alat apabila tidak mengetahui dengan teliti ciriciri
bahan mentah yang mereka pakai untuk membuat alat-alat tersebut. Tiap
kebudayaan selalu mempunyai suatu himpunan pengetahuan tentang alam,
tumbuh-tumbuhan, binatang, benda, dan manusia yang ada di sekitarnya. Menurut
Koentjaraningrat, setiap suku bangsa di dunia memiliki pengetahuan mengenai,
antara lain:
a. alam sekitarnya;
b. tumbuhan yang tumbuh
di sekitar daerah tempat tinggalnya;
c. binatang yang hidup
di daerah tempat tinggalnya;
d zat-zat, bahan
mentah, dan benda-benda dalam lingkungannya;
e. tubuh manusia;
f. sifat-sifat dan
tingkah laku manusia;
g. ruang dan waktu.
3. Sistem Kekerabatan
dan Organisasi Sosial
Unsur budaya berupa
sistem kekerabatan dan organisasi social merupakan usaha antropologi untuk
memahami bagaimana manusia membentuk masyarakat melalui berbagai kelompok
sosial. Menurut Koentjaraningrat tiap kelompok masyarakat kehidupannya diatur
oleh adat istiadat dan aturan-aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam
lingkungan di mana dia hidup dan bergaul dari hari ke hari. Kesatuan sosial
yang paling dekat dan dasar adalah kerabatnya, yaitu keluarga inti yang dekat
dan kerabat yang lain. Selanjutnya, manusia akan digolongkan ke dalam
tingkatantingkatan lokalitas geografis untuk membentuk organisasi social dalam
kehidupannya.
Kekerabatan berkaitan
dengan pengertian tentang perkawinan dalam suatu masyarakat karena perkawinan
merupakan inti atau dasar pembentukan suatu komunitas atau organisasi sosial.
4. Sistem Peralatan
Hidup dan Teknologi
Manusia selalu berusaha
untuk mempertahankan hidupnya sehingga mereka akan selalu membuat peralatan
atau benda-benda tersebut. Perhatian awal para antropolog dalam memahami
kebudayaan manusia berdasarkan unsur teknologi yang dipakai suatu masyarakat
berupa benda-benda yang dijadikan sebagai peralatan hidup dengan bentuk dan
teknologi yang masih sederhana. Dengan demikian, bahasan tentang unsur
kebudayaan yang termasuk dalam peralatan hidup dan teknologi merupakan bahasan
kebudayaan fisik.
5. Sistem Ekonomi/Mata
Pencaharian Hidup
Mata pencaharian atau
aktivitas ekonomi suatu masyarakat menjadi fokus kajian penting etnografi.
Penelitian etnografi mengenai sistem mata pencaharian mengkaji bagaimana cara
mata pencaharian suatu kelompok masyarakat atau sistem perekonomian mereka
untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Sistem ekonomi pada masyarakat tradisional,
antara lain
a. berburu dan meramu;
b. beternak;
c. bercocok tanam di
ladang;
d. menangkap ikan;
e. bercocok tanam
menetap dengan sistem irigasi.
Pada saat ini hanya
sedikit sistem mata pencaharian atau ekonomi suatu masyarakat yang berbasiskan
pada sektor pertanian. Artinya, pengelolaan sumber daya alam secara langsung
untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dalam sektor pertanian hanya bisa
ditemukan di daerah pedesaan yang relatif belum terpengaruh oleh arus
modernisasi.
Pada saat ini pekerjaan
sebagai karyawan kantor menjadi sumber penghasilan utama dalam mencari nafkah.
Setelah berkembangnya sistem industri mengubah pola hidup manusia untuk tidak
mengandalkan mata pencaharian hidupnya dari subsistensi hasil produksi
pertaniannya. Di dalam masyarakat industri, seseorang mengandalkan pendidikan
dan keterampilannya dalam mencari pekerjaan.
6. Sistem Religi
Koentjaraningrat
menyatakan bahwa asal mula permasalahan fungsi religi dalam masyarakat adalah
adanya pertanyaan mengapa manusia percaya kepada adanya suatu kekuatan gaib
atau supranatural yang dianggap lebih tinggi daripada manusia dan mengapa
manusia itu melakukan berbagai cara untuk berkomunikasi dan mencari
hubungan-hubungan dengan kekuatan-kekuatan supranatural tersebut.
Dalam usaha untuk
memecahkan pertanyaan mendasar yang menjadi penyebab lahirnya asal mula religi
tersebut, para ilmuwan sosial berasumsi bahwa religi suku-suku bangsa di luar
Eropa adalah sisa dari bentuk-bentuk religi kuno yang dianut oleh seluruh umat
manusia pada zaman dahulu ketika kebudayaan mereka masih primitif.
7. Kesenian
Perhatian ahli
antropologi mengenai seni bermula dari penelitian etnografi mengenai aktivitas
kesenian suatu masyarakat tradisional. Deskripsi yang dikumpulkan dalam
penelitian tersebut berisi mengenai benda-benda atau artefak yang memuat unsur
seni, seperti patung, ukiran, dan hiasan. Penulisan etnografi awal tentang
unsur seni pada kebudayaan manusia lebih mengarah pada teknikteknik dan proses
pembuatan benda seni tersebut. Selain itu, deskripsi etnografi awal tersebut
juga meneliti perkembangan seni musik, seni tari, dan seni drama dalam suatu
masyarakat.
Berdasarkan jenisnya,
seni rupa terdiri atas seni patung, seni relief, seni ukir, seni lukis, dan
seni rias. Seni musik terdiri atas seni vokal dan instrumental, sedangkan seni
sastra terdiri atas prosa dan puisi. Selain itu, terdapat seni gerak dan seni
tari, yakni seni yang dapat ditangkap melalui indera pendengaran maupun
penglihatan. Jenis seni tradisional adalah wayang, ketoprak, tari, ludruk, dan
lenong. Sedangkan seni modern adalah film, lagu, dan koreografi.
WUJUD KEBUDAYAAN
Menurut J.J. Hoenigman,
wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak.
- Gagasan (Wujud ideal)
- Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan, dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
- Aktivitas (tindakan)
- Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati, dan didokumentasikan.
- Artefak (karya)
- Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur, dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
Sedangkan menurut
Koentjaraningrat, wujud kebudayaan dibagi menjadi nilai budaya, sistem budaya,
sistem sosial, dan kebudayaan fisik.
- Nilai-nilai Budaya
Istilah ini, merujuk
kepada penyebutan unsur-unsur kebudayaan yang merupakan pusat dari semua unsur
yang lain. Nilai-nilai kebudayaan yaitu gagasan-gagasan yang telah dipelajari
oleh warga sejak usia dini, sehingga sukar diubah. Gagasan inilah yang kemudian
menghasilkan berbagai benda yang diciptakan oleh manusia berdasarkan
nilai-nilai, pikiran, dan tingkahlakunya.
- Sistem Budaya
Dalam wujud ini,
kebudayaan bersifat abstrak sehingga hanya dapat diketahui dan dipahami.
kebudayaan dalam wujud ini juga berpola dan berdasarkan sistem-sistem tertentu.
- Sistem Sosial
Sistem sosial merupakan
pola-pola tingkah laku manusia yang menggambarkan wujud tingkah laku manusia
yang dilakukan berdasarkan sistem. Kebudayaan dalam wujud ini bersifat konkret
sehingga dapat diabadikan.
- Kebudayaan Fisik
Kebudayaan fisik ini
merupakan wujud terbesar dan juga bersifat konkret. Misalnya bangunan megah
seperti candi Borobudur, benda-benda bergerak seperti kapal tangki, komputer,
piring, gelas, kancing baju, dan lain-lain
ORIENTASI NILAI BUDAYA
Ada lima masalah pokok kehidupan manusia dalam setiap kebudayaan
yang dapat ditemukan secara universal. Menurut Kluckhohn dalam Pelly (1994)
kelima masalah pokok tersebut adalah: (1) masalah hakekat hidup, (2) hakekat kerja
atau karya manusia, (3) hakekat kedudukan manusia dalam ruang dan waktu, (4)
hakekat hubungan manusia dengan alam sekitar, dan (5) hakekat dari hubungan
manusia dengan manusia sesamanya.
Masalah pertama, yaitu mengenai hakekat hidup
manusia. Dalam banyak kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Budha misalnya,
menganggap hidup itu buruk dan menyedihkan. Oleh karena itu pola kehidupan
masyarakatnya berusaha untuk memadamkan hidup itu guna mendapatkan
nirwana, dan mengenyampingkan
segala tindakan yang dapat menambah
rangkaian hidup kembali (samsara) (Koentjaraningrat, 1986:10). Pandangan
seperti ini sangat mempengaruhi wawasan dan
makna kehidupan itu secara keseluruhan. Sebaliknya banyak
kebudayaan yang berpendapat bahwa hidup itu baik. Tentu konsep – konsep
kebudayaan yang berbeda ini berpengaruh pula pada sikap dan wawasan mereka.
Masalah kedua mengenai hakekat kerja atau karya dalam kehidupan.
Ada kebudayaan yang memandang bahwa kerja itu sebagai usaha untuk kelangsungan
hidup (survive) semata. Kelompok ini kurang tertarik kepada kerja keras. Akan
tetapi ada juga yang menganggap kerja untuk mendapatkan status, jabatan dan
kehormatan. Namun, ada yang berpendapat bahwa kerja untuk mempertinggi
prestasi. Mereka ini berorientasi kepada prestasi bukan kepada status.
Masalah ketiga mengenai orientasi manusia terhadap waktu. Ada
budaya yang memandang penting masa lampau, tetapi ada yang melihat masa kini
sebagai focus usaha dalam perjuangannya. Sebaliknya ada yang jauh melihat
kedepan. Pandangan yang berbeda dalam dimensi waktu ini sangat mempengaruhi
perencanaan hidup masyarakatnya.
Masalah keempat berkaitan dengan kedudukan fungsional manusia
terhadap alam. Ada yang percaya bahwa alam itu dahsyat dan mengenai kehidupan
manusia. Sebaliknya ada yang menganggap alam sebagai anugerah Tuhan Yang Maha
Esa untuk dikuasai manusia. Akan tetapi, ada juga kebudayaan ingin mencari
harmoni dan keselarasan dengan alam. Cara pandang ini akan berpengaruh terhadap
pola aktivitas masyarakatnya.
Masalah kelima menyangkut hubungan antar manusia. Dalam banyak
kebudayaan hubungan ini tampak dalam bentuk orientasi berfikir, cara
bermusyawarah, mengambil keputusan dan bertindak. Kebudayaan yang menekankan
hubungan horizontal (koleteral) antar individu, cenderung untuk mementingkan
hak azasi, kemerdekaan dan kemandirian seperti terlihat dalam masyarakat –
masyarakat eligaterian. Sebaliknya kebudayaan yang menekankan hubungan vertical
cenderung untuk mengembangkan orientasi keatas (kepada senioritas, penguasa atau
pemimpin). Orientasi ini banyak terdapat dalam masyarakat paternalistic
(kebapaan). Tentu saja pandangan ini sangat mempengaruhi proses dinamika dan
mobilitas social masyarakatnya.
Inti permasalahan disini seperti yang dikemukakan oleh Manan
dalam Pelly (1994) adalah siapa yang harus mengambil keputusan. Sebaiknya dalam
system hubungan vertical keputusan dibuat oleh atasan (senior) untuk semua
orang. Tetapi dalam masyarakat yang mementingkan
kemandirian individual, maka keputusan dibuat dan diarahkan
kepada masing – masing individu.
Pola orientasi nilai budaya yang hitam putih tersebut di atas
merupakan pola yang ideal untuk masing – masing pihak. Dalam kenyataannya
terdapat nuansa atau variasi antara kedua pola
yang ekstrim itu yang dapat disebut
sebagai pola transisional. Kerangka Kluckhohn mengenai lima masalah dasar
dalam hidup yang menentukan orientasi nilai budaya manusia dapat dilihat pada
tabel dibawah ini Tabel Skema Kluckhohn: Lima Masalah Dasar Yang Menentukan
Orientasi Nilai Budaya Manusia
Masalah Dasar Dalam Hidup
|
Orientasi Nilai Budaya
|
||
Konservatif
|
Transisi
|
Progresif
|
|
Hakekat Hidup
|
Hidup itu buruk
|
Hidup itu baik
|
Hidup itu sukar tetapi harus diperjuangkan
|
Hakekat Kerja/karya
|
Kelangsungan hidup
|
Kedudukan dan kehormatan / prestise
|
Mempertinggi prestise
|
Hubungan Manusia Dengan Waktu
|
Orientasi ke masa lalu
|
Orientasi ke masa kini
|
Orientasi ke masa depan
|
Hubungan Manusia Dengan Alam
|
Tunduk kepada alam
|
Selaras dengan alam
|
Menguasai alam
|
Hubungan Manusia Dengan Sesamanya
|
Vertikal
|
Horizontal/ kolekial
|
Individual/mandiri
|
Dimodifikasi dari Pelly (1994:104)
Meskipun cara mengkonsepsikan lima masalah pokok dalam kehidupan
manusia yang universal itu sebagaimana yang tersebut diatas berbeda – beda
untuk tiap masyarakat dan kebudayaan, namun dalam tiap lingkungan masyarakat
dan kebudayaan tersebut lima hal tersebut di atas selalu ada.
Sementara itu Koentjaraningrat telah menerapkan kerangka
Kluckhohn di atas untuk menganalisis masalah nilai budaya bangsa Indonesia, dan
menunjukkan titik – titik kelemahan dari
kebudayaan Indonesia yang
menghambat pembangunan nasional. Kelemahan utama antara lain
mentalitas meremehkan mutu, mentalitas suka menerabas, sifat tidak percaya
kepada diri sendiri, sifat tidak berdisiplin murni, mentalitas suka mengabaikan
tanggungjawab.
Kerangka Kluckhohn itu juga telah dipergunakan dalam penelitian
dengan kuesioner untuk mengetahui secara objektif cara berfikir dan bertindak
suku – suku di Indonesia umumnya yang menguntungkan dan merugikan pembangunan.
Selain itu juga, penelitian variasi orientasi
nilai budaya tersebut dimaksudkan disamping untuk mendapatkan gambaran sistem
nilai budaya kelompok – kelompok etnik di Indonesia, tetapi juga untuk
menelusuri sejauhmana kelompok masyarakat itu memiliki system orientasi nilai
budaya yang sesuai dan menopang pelaksanaan pembangunan nasional.
Perubahan
Kebudayaan
Berubahnya kebudayaan mengakibatkan unsur-unsur kebudayaan
yang ada di masyarakat pun mengalami perubahan. Ketidaksesuaian unsur-unsur
kebudayaan yang berbeda sehingga terjadi ketidakserasian fungsi bagi kehidupan
di masyarakat disebut perubahan kebudayaan.
Perubahan yang dialami masyarakat dapat berupa perubahan
menuju ke arah kemajuan (progressif) dan perubahan kemunduran (regressif).
Perubahan maju mengarah menjadi lebih baik, lebih sempurna, dan lebih berdaya
guna.
Sedangkan perubahan mundur mengarah menjadi lebih jelek dan
menjadi kurang efisien. Perubahan kebudayaan tampak lebih jelas pada masyarakat
maju yang bersifat dinamis, sedang pada masyarakat primitif tidak begitu
kelihatan karena sifatnya yang mengisolasi diri, konservatif, dan statis.
Bentuk-Bentuk Perubahan Kebudayaan
Bentuk-bentuk perubahan kebudayaan terdiri atas beberapa
macam. Berikut ini bentuk-bentuk perubahan kebudayaan.
a. Difusi Kebudayaan
Difusi kebudayaan adalah proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari satu orang ke orang lain atau dari masyarakat satu ke masyarakat lain.
b. Akulturasi Kebudayaan
Akulturasi kebudayaan adalah proses penerimaan unsur-unsur kebudayaan asing oleh kebudayaan asli yang kemudian diseleksi dan disesuaikan dengan kebudayaan setempat.
Akulturasi terjadi apabila ada kebudayaan dari bangsa yang berbeda saling memengaruhi sehingga terbentuk suatu kebudayaan baru.
Contoh: bentuk rumah joglo (Jawa Tengah) merupakan bentuk rumah Jawa dipengaruhi oleh unsur-unsur kebudayaan dari luar yang sudah disesuaikan.
c. Asimilasi Kebudayaan
Asimilasi kebudayaan adalah proses percampuran dua kebudayaan atau lebih sehingga menghasilkan kebudayaan yang baru. Contoh: percampuran antara kebudayaan Yunani dengan kebudayaan Asia Kecil menghasilkan kebudayaan Hellenis.
d. Inovasi
Inovasi adalah suatu proses pembaruan dari penggunaan sumber daya alam, energi, modal,pengaturan tenaga kerja dan penggunaan teknologi yang menyebabkan adanya sistem produksi dan produk-produk baru.
Inovasi berkaitan dengan pembaruan kebudayaan khususnya unsur teknologi dan ekonomi. Adanya inovasi pada berbagai bidang termasuk sosial dan budaya akan memberi pengaruh yang luas pada berbagai kehidupan di masyarakat.
Pengaruh tersebut tampak pada adanya perubahan perilaku sosial, adat istiadat, dan pergeseran niali-nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.
Contoh penemuan handphone telah mengubah pola dan cara berkomunikasi masyarakat. Dengan adanya HP komunikasi tidak harus dilakukan dengan tatap muka tapi dapat dilaksanakan dengan secara tidak langsung. Penemuan HP telah mengubah cara orang dalam berkomunikasi.
Kaitan Manusia dengan
Kebudayaan
Manusia seperti yang kita tahu, sangat erat kaitannya
dengan arti kebudayaan. Kebudayaan itu ibaratnya seperti ciri khas dari manusia
yang menggunakan kebudayaan tersebut. Banyak sekali kebudayaan di negara
Indonesia tercinta kita ini, salah satunya adalah seperti kebudayaan Jawa, dan
masih banyak lagi.
Manusia dan kebudayaan merupakan salah satu ikatan yang
tak bisa dipisahkan dalam kehidupan ini. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang
paling sempurna menciptakan kebudayaan mereka sendiri dan melestarikannya
secara turun menurun. Budaya tercipta dari kegiatan sehari hari dan juga dari
kejadian – kejadian yang sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa.
Hakikat manusia dalam melestarikan dan menjaga kebudayaan
adalah suatu keharusan agar tidak terpengaruh oleh kebudayaan lainnya. Kita harus
menjaga keaslian budaya kita karena kebudayaan tersebut merupakan warisan dari
nenek moyang kita dahulu. Namun akhir-akhir ini, kita pasti sudah tahu kalau
banyak dari kebudayaan di negara kita ini telah terpengaruh oleh kebudayaan
luar, khususnya kebudayaan barat.
Jadi kesimpulan dari uraian di atas adalah kaitan manusia
dan kebudayaan sangatlah erat, sebab kebudayaan timbul karena hasil karya cipta
dan karsa dari manusia itu sendiri. Dengan kebudayaan dapat mengatur kehidupan
manusia untuk hidup bersosialisasi dengan manusia lain di sekitarnya. Dan
kebudayaan dapat hilang karena masuknya budaya lain. Oleh sebab itu, banyak
suku lain menolak kebudayaan dari luar di khawatirkan akan merusak kebudayaan
yang mereka anut sejak jaman dahulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar