Agents of Mayhem
Mengapa tidak menciptakan sebuah seri baru Saints Row dan justru meracik sebuah seri spin-off? Tidak ada yang tahu apa yang merasuki pikiran Volition ketika memperkenalkan Agents of Mayhem ke publik. Namun konsep yang mirip dengan game superhero open-world dengan karakter unik yang punya kemampuan bertarung dan animasinya sendiri-sendiri, masih terdengar seperti sebuah seri game action yang memadai. Bahkan, tidak hanya satu, Anda akan menggunakan sebuah tim berisikan tiga orang yang bisa Anda gonta-ganti atas nama kepentingan strategi. Berita buruknya? Terlepas dari sebuah konsep yang nyaris sempurna untuk sebuah game multiplayer kooperatif online ala The Division, Volition ternyata tidak menghadirkan fitur esensial yang satu ini. Bahwa game yang berisikan konten yang memungkinkan Anda untuk bersenang-senang di dunia terbuka ini, tidak didukung dengan kesempatan untuk mengundang atau mengajak pemain yang lain untuk berbagi hal yang serupa di ruang yang sama.
Marvel vs Capcom: Infinite
Hampir sebagian besar gamer penggemar genre fighting sepertinya akan bergembira dengan fakta bahwa Capcom akhirnya tertarik untuk melanjutkan Marvel vs Capcom lewat sebuah seri yang mereka sebut sebagai “Infinite”. Ia terus digembar-gemborkan sebagai game yang memang sengaja diracik untuk platform generasi terkini. Namun apa yang kita dapatkan? Tidak hanya roster yang begitu “aman” tanpa karakter dari X-Men saja atau karakter ikonik baru yan esensial, tetapi juga kualitas visualisasi yang mengecewakan. Mode cerita yang tidak banyak memberikan nilai tambah juga memperpanjang masalah, bersama dengan karakter tidak seimbang yang masih menghujani mode multiplayer yang ada. Sebagai sebuah game fighting, Marvel vs Capcom: Infinite terasa seperti sebuah proyek game fighting yang dikerjakan dengan terburu-buru.
For Honor
Bukan Ubisoft namanya jika ia tidak menghadirkan sebuah ide dan konsep game baru yang keren, namun berujung gagal dan tak paham untuk mengeksekusinya ke dalam sebuah game dengan konten yang menarik. Hal yang sama juga terjadi dengan For Honor. Harus diakui, ini adalah game “fighting” berbeda yang tidak hanya unik dari sisi tema, tetapi juga menghadirkan sistem bertahan dan serang yang akan membuat pengalaman bertarung Anda selalu intens. Namun alih-alih mendukung komunitas dengan konten yang menggoda, sensasi multiplayer yang menitikberatkan pada pengalaman kompetitif ini justru diisi dengan microtransactions yang mengarah ke kondisi pay to win. Senjata yang bisa Anda dapatkan dengan mengeluarkan uang nyata, punya pengaruh pada gameplay karena status masing-masing yang ia usung. Ditambah dengan fakta bahwa ia tidak menyediakan server sendiri dan bergantung pada format P2P, For Honor adalah game keren dengan eksekusi penuh blunder. Tidak ada lagi kalimat yang lebih tepat.
Need for Speed: Payback
EA butuh waktu untuk kembali menjadikan Need for Speed sebagai sebuah judul yang relevan. Usaha untuk mengistirahatkannya selama satu tahun sebelum melemparkan seri reboot yang hanya mengusung nama “Need for Speed” berakhir gagal, apalagi setelah paksaan always-online yang menyebalkan. EA dan Ghost Games berjanji untuk berbenah. Lewat presentasi singkat, mereka memperkenalkan Payback – sebuah seri baru yang akan menitikberatkan daya tarik pada sisi cerita ala film-film Hollywood, lengkap dengan cut-scene dramatisnya yang bombastis. Namun sayangnya, ketika ia dirilis dalam format final, Payback justru hadir dengan satu masalah besar yang membuat kualitasnya bahkan lebih buruk. Apa itu? Benar sekali, ketamakan EA. Sistem kartu ala game racing mobile ditawarkan, dengan konsep yang memang ditawarkan untuk mendoroing Anda melakukan proses grinding berkepanjangan yang sama sekali tidak menyenangkan. Sebagai ganti untuk Anda yang gampang “bosan” dan “frustrasi”, sistem lootbox dan microtransactions juga disuntikkan, membuat peluang untuk masalah Pay to Win terjadi di mode online yang ada. Alih-alih sebuah game racing arcade yang menyenangkan, Payback justru jadi seperti sebuah beban pekerjaan yang memaksa untuk Anda selesaikan.
Pages: 1 2 3
SUMBER : http://jagatplay.com/2017/12/features/10-game-paling-mengecewakan-di-2017/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar